“Menjadi diri sendiri”, adalah penyataan
umum yang sering kita dengar. Selain itu, ada kata lainnya, yakni
“penerimaan diri”. Dua ungkapan ini harus dilakukan, jika seseorang
ingin aman dengan diri sendiri, dan mengembangkan potensi diri untuk
maju.
Manusia adalah makhluk yang terlahir
tidak sempurna dan berbeda-beda. Itu realitanya: ada keunikan. Ada orang
terlahir dengan kualitas suara yang indah nan baik didengar. Ada yang
hadir dengan potensi menghitung, menganalisa, memimpin, berkomunikasi,
bertekun, dll. Dan ada pula yang terlahir dengan keistimewahan tubuh
tertentu. Akan tetapi, realita hidup tidak hanya itu. Ada kondisi
sebaliknya yang terjadi.
Kondisi berbeda ini menjadi masalah
tatkala disikapi dengan cara pandang “membandingkan”, dan bukan cara
pandang “berbeda atau unik”. Cara pandang membandingkan melahirkan sikap
minder bagi yang dikategorikan berkekurangan. Akibatnya, yang
dianggap berkekurangan memaksa diri menjadi orang lain yang dinilai
lebih baik. Sayangnya, kita tidak mungkin menjadi orang yang dianggap
lebih baik itu. Mungkin sedikit terlihat sama, namun kualitas diri
tetaplah berbeda. Sikap ingin menjadi orang lain, berpotensi menjadikan
kita manusia tidak bersyukur, disamping menjadi serba tanggung.
Tanggung, karena kita tidak memaksimalkan potensi unik pemberian Sang
Khalik yang ada dalam diri kita. Kita lebih sibuk, dan dengan rasa iri, mencondongkan diri berkembang seperti orang lain yang kita anggap lebih baik itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar